AHLAN WASAHLAN

Sunday, January 9, 2011

Muhasabah Iman Cermin Nafsu...!!!

Kisah Kebesaran Hati Seorang Ibu

Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, Dan sempat disensasikan oleh media cetak dan elektronik.

Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas,cerdik, rajin dan semua perkara cukup sempurna. Setidaknya itulah pendapat awek-aweknya yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah di naikkan pangkat ke jawatan pengarah. Gajinya pun lumayan.

Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari pejabatnya. Jenis orangnya yang suka bergurau dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman-teman sepejabat senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan gadis-gadis perawan. Bahkan puteri pemilik perusahaan tempat dia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.

Di rumahnya ada seorang wanita tua yang nampaknya seram sekali. Sebahagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti luka yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit dibahagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka terbakar . Wanita tua ini betul-betul kelihatan seperti seekor raksasa yang menakutkan. Dia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari biliknya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be.

Walau demikian, si Ibu selalu setia melakukan pekerjaan rutin selayaknya sebagai ibu sepertimana ibu-ibu yang normal dan sihat. Membersihkan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang tinggi kepada satu-satu anaknya iaitu A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal seperti a anak muda lain. Keadaan Ibunya yang cacat dan menyeramkan itu membuatnya cukup payah untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau rakan bisnes yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. “Dia tidak punya saudara, jadi saya belalah, kasihan.” jawab A be.

Hal ini sempat didengar dan diketahui oleh si Ibu. Tentu saja Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari biliknya, takut anaknya susah untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan si Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari katil usang. A be mulai kesusahan dalam mengurusi rumah, menyapu,  cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan ubat-ubatan  buat si Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan susah sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali).

Hal ini membuat A be jadi  seorang pemarah dan mengamuk dirumah. Pada suatu hari, saat ia mencari sesuatu dan menyepah-nyepah selongkar almari buruk milik Ibunya, A be terlihat sebuah kotak  kecil. Didalam kotak tersebut hanya ada sebuah foto dan potonganal-Quran yang tampak usang. Bukannya berisi perhiasan seperti sangkaan A be. Foto berukuran pasport itu tampak seorang wanita cantik. Potongan al-Quran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan baju jubah yang basah merempuh api yang sudah rakus melahap rumah. Si wanita yang cantik tadi menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun.

Walaupun foto tersebut sudah buruk dan lama, A be sudah cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menjurai keluar tanpa dapat ditahan. Dengan menggenggam foto buruk dan al-quran usang tersebut, A be terus langsung bersujud disamping katil buruk dengan tilam yang nipis milik si Ibu yang sedang terbaring. Sambil menahan sebak, dia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Si Ibu-pun juga ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. ” Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”.

Setelah ibunya sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya membeli-belah ke supermarket juga pasaraya yang besar. Walaupun menjadi  perhatian kebanyakan orang, A be tetap tidak malu membawa si Ibu tersebut sehinggakan peristiwa ini menarik perhatian para wartawan. Dan kisah ini dipaparkan ke dalam media cetak dan elektronik.

Teman-teman  yang masih punya Ibu, mak, ummi, mami, bonda, mama atau apa saja gelaran yang diberikan kepada si Ibu di rumah, biar bagaimanapun keadaannya, segera bersujud memohon keampunan di hadapannya terhadap beribu-ribu dosa yang telah kita lakukan setiap hari samada kita sedar atau pun tak berapa nak sedar.. Selagi masih ada waktu. Jangan sia-sia kan budi jasa ibu selama ini yang merawat dan membesarkan kita tanpa jemu. Hargailah si Ibu selama mana mereka masih berada didalam dunia ini dan ingatlah bahawa kasih sayang seorang ibu sungguh mulia....

No comments:

Post a Comment